AKIBAT KEHILANGAN TUHAN
Di dunia hari ini walaupun manusia percaya dengan Tuhan tapi sudah kehilangan Tuhan. Baik umat Islam maupun bukan Islam, sudah kehilangan Tuhan. Sekalipun percaya Tuhan tapi sudah hilang di hatinya. Padahal kehilangan Tuhan adalah satu musibah yang besar. Tidak ada musibah yang paling besar pada manusia melainkan musibah kehilangan Tuhan. Kalau kehilangan uang, kuasa dll. itu masalah yang kecil. Tapi bila manusia sudah kehilangan Tuhan, cinta Tuhan sudah tiada, maka itu adalah musibah yang besar.
Sedangkan cinta Tuhan itu cinta yang agung. Tuhan itu sangat memberi kasih sayang pada hambanya. Bukti cinta Tuhan pada kita, bila satu pemberian Tuhan tidak ada maka yang lain tidak ada arti. Kalau Tuhan tidak memberi nafas, artinya kita akan mati. Waktu itu, rumah dan kekayaan sudah tiada arti.
Kehilangan Tuhan, kehilangan kasih sayang
Jadi kalau manusia sudah tidak cinta dan kehilangan Tuhan, padahal Tuhan itu patut dicintai, maka otomatis tidak cinta sesama manusia. Kenapa? Atas alasan apa kita dapat mencintai orang lain, sedangkan Tuhan yang sangat berjasa kepada kita, tidak kita cintai.
Karena itu bila sudah tidak cinta Tuhan, otomatis cinta pada sesama manusia sudah tidak murni. Akibatnya kesan negatifnya terlalu banyak. Tidak berkasih sayang, tidak pemurah, tidak amanah, tidak ada tenggang rasa, tidak ada perikemanusiaan, keadilan dan kerja sama. Kalaupun ada kerjasama bukan karena cinta, tidak ikhlas dan ada kepentingan, mungkin karena ingin keuntungan ataupun untuk menjaga harga diri. Karena itu ikatannya terlalu tipis dan dapat berpecah kapan saja.
Orang yang kehilangan Tuhan bukan saja di kalangan orang yang tidak ikut syariat, bahkan orang yang shalat pun sudah kehilangan Tuhan. Walaupun mereka banyak di mesjid, tapi sebenarnya tidak mencintai Tuhan. Sebab itulah tidak lahir kasih sayang, tidak lahir pemurah, kerja sama, bermaaf-maafan. Akibatnya di dalam masjid pun dapat terjadi pertengkaran dan perkelahian.
Kalau orang yang tidak sayang Tuhan itu orang yang tidak ikut syariat, masih dapat diterima. Tapi apa yang terjadi, yang menjadi pembohong, memfitnah, menipu adalah di kalangan mereka yang shalat, naik haji, umrah dll. Ibadahnya tidak berbuah. Itulah tandanya ikut Islam tapi tidak kenal Tuhan. Bukan saja orang politik, bahkan orang yang shalat pun sudah terpisah dengan Tuhan. Ibarat seorang anak yang berbuat baik dengan ibunya bukan karena ingin berkhidmat, tapi karena ingin memanfaatkan ibunya untuk tujuan dapat harta.
Sebab itu dunia hari ini sudah sangat kronis. Bila cinta tidak ada, maka kasih sayang tidak ada. Sedangkan kasih sayang makanan jiwa. Bila jiwa tidak diberi makan, maka orang kaya akan gila kuasa, sakit jiwa dan tidak ada kebahagiaan. Masalah masyarakat hari ini banyak melanda orang yang bertaraf tinggi, ada kuasa, pemimpin. Antara masalah yang sering dihadapi ialah anak-anak terlibat narkotika, isteri lari, isteri tidak taat, masing-masing tidak sehaluan. Perpecahan dalam rumah tangga begitu terlihat nyata. Walaupun ada uang, rumah besar, kedudukan tinggi tapi anak-anak berkelahi satu sama lain. Inilah akibatnya bila Tuhan sudah hilang. Bila cinta pada Tuhan sudah tidak ada, maka hilanglah cinta sesama manusia.
Bila kehilangan kasih sayang, terjadi gangsterism di kalangan anak-anak sekolah. Akibat tidak ada kasih sayang, perpecahan di antara partai politik dan sesama anggota partai makin kentara. Adakah ini dapat diobati dengan dengan kekayaan, nama dan glamour. Maknanya masalah kasih sayang ini tidak dapat diobati dengan kekayaan. Kalau kekayaan dapat mengobati manusia, tidak akan terjadi isteri lari, anak terlibat narkotika dll. Kalaulah kekuasaan dapat menjalinkan kasih sayang, maka tidak akan terjadi pemerintah yang paling banyak berjasa, tapi rakyat benci. Inilah akibat masing-masing sudah kehilangan Tuhan.
Di dunia hari ini walaupun manusia percaya dengan Tuhan tapi sudah kehilangan Tuhan. Baik umat Islam maupun bukan Islam, sudah kehilangan Tuhan. Sekalipun percaya Tuhan tapi sudah hilang di hatinya. Padahal kehilangan Tuhan adalah satu musibah yang besar. Tidak ada musibah yang paling besar pada manusia melainkan musibah kehilangan Tuhan. Kalau kehilangan uang, kuasa dll. itu masalah yang kecil. Tapi bila manusia sudah kehilangan Tuhan, cinta Tuhan sudah tiada, maka itu adalah musibah yang besar.
Sedangkan cinta Tuhan itu cinta yang agung. Tuhan itu sangat memberi kasih sayang pada hambanya. Bukti cinta Tuhan pada kita, bila satu pemberian Tuhan tidak ada maka yang lain tidak ada arti. Kalau Tuhan tidak memberi nafas, artinya kita akan mati. Waktu itu, rumah dan kekayaan sudah tiada arti.
Kehilangan Tuhan, kehilangan kasih sayang
Jadi kalau manusia sudah tidak cinta dan kehilangan Tuhan, padahal Tuhan itu patut dicintai, maka otomatis tidak cinta sesama manusia. Kenapa? Atas alasan apa kita dapat mencintai orang lain, sedangkan Tuhan yang sangat berjasa kepada kita, tidak kita cintai.
Karena itu bila sudah tidak cinta Tuhan, otomatis cinta pada sesama manusia sudah tidak murni. Akibatnya kesan negatifnya terlalu banyak. Tidak berkasih sayang, tidak pemurah, tidak amanah, tidak ada tenggang rasa, tidak ada perikemanusiaan, keadilan dan kerja sama. Kalaupun ada kerjasama bukan karena cinta, tidak ikhlas dan ada kepentingan, mungkin karena ingin keuntungan ataupun untuk menjaga harga diri. Karena itu ikatannya terlalu tipis dan dapat berpecah kapan saja.
Orang yang kehilangan Tuhan bukan saja di kalangan orang yang tidak ikut syariat, bahkan orang yang shalat pun sudah kehilangan Tuhan. Walaupun mereka banyak di mesjid, tapi sebenarnya tidak mencintai Tuhan. Sebab itulah tidak lahir kasih sayang, tidak lahir pemurah, kerja sama, bermaaf-maafan. Akibatnya di dalam masjid pun dapat terjadi pertengkaran dan perkelahian.
Kalau orang yang tidak sayang Tuhan itu orang yang tidak ikut syariat, masih dapat diterima. Tapi apa yang terjadi, yang menjadi pembohong, memfitnah, menipu adalah di kalangan mereka yang shalat, naik haji, umrah dll. Ibadahnya tidak berbuah. Itulah tandanya ikut Islam tapi tidak kenal Tuhan. Bukan saja orang politik, bahkan orang yang shalat pun sudah terpisah dengan Tuhan. Ibarat seorang anak yang berbuat baik dengan ibunya bukan karena ingin berkhidmat, tapi karena ingin memanfaatkan ibunya untuk tujuan dapat harta.
Sebab itu dunia hari ini sudah sangat kronis. Bila cinta tidak ada, maka kasih sayang tidak ada. Sedangkan kasih sayang makanan jiwa. Bila jiwa tidak diberi makan, maka orang kaya akan gila kuasa, sakit jiwa dan tidak ada kebahagiaan. Masalah masyarakat hari ini banyak melanda orang yang bertaraf tinggi, ada kuasa, pemimpin. Antara masalah yang sering dihadapi ialah anak-anak terlibat narkotika, isteri lari, isteri tidak taat, masing-masing tidak sehaluan. Perpecahan dalam rumah tangga begitu terlihat nyata. Walaupun ada uang, rumah besar, kedudukan tinggi tapi anak-anak berkelahi satu sama lain. Inilah akibatnya bila Tuhan sudah hilang. Bila cinta pada Tuhan sudah tidak ada, maka hilanglah cinta sesama manusia.
Bila kehilangan kasih sayang, terjadi gangsterism di kalangan anak-anak sekolah. Akibat tidak ada kasih sayang, perpecahan di antara partai politik dan sesama anggota partai makin kentara. Adakah ini dapat diobati dengan dengan kekayaan, nama dan glamour. Maknanya masalah kasih sayang ini tidak dapat diobati dengan kekayaan. Kalau kekayaan dapat mengobati manusia, tidak akan terjadi isteri lari, anak terlibat narkotika dll. Kalaulah kekuasaan dapat menjalinkan kasih sayang, maka tidak akan terjadi pemerintah yang paling banyak berjasa, tapi rakyat benci. Inilah akibat masing-masing sudah kehilangan Tuhan.
KENALKAN TUHAN DULU BARU KENALKAN SYARIAT
Kita mesti mengenal Tuhan melalui ilmu. Coba kita lihat sejarah Rasulullah SAW yang berjuang sebanyak 23 tahun, perjuangannya terbagi 2:
1. Memperjuangkan Tuhan selama 13 tahun.
2. Memperjuangkan syariat Tuhan selama 10 tahun.
Padahal Tuhan satu, sedangkan syariat Tuhan beribu banyaknya tapi masa yang diambil untuk memperjuangkan Tuhan lebih banyak. Sebab, apa arti berjuang bila tidak cinta Tuhan, apa arti shalat, bila tidak cinta Tuhan. Apa arti menolong orang tua bila tidak cinta Tuhan. Padahal sayang lebih besar dari menolong. Sayang lebih besar daripada patuh.
Sebab itu kalau sembayang, puasa, naik haji dll. akan ditolak kalau dibuat tanpa cinta Tuhan. Apa artinya bersyariat kalau tidak kenal tuhan dan kalau tidak ada hubungan dengn tuhan. Padahal syariat adalah yang menghubungkan dengan tuhan.
Disinilah kesalahan kebanyakan ulama, para mubaligh dan para pejuang, lebih banyak menceritakan tentang halal, haram. Masih banyak lagi masyarakat yang tidak shalat dan tidak faham tentang tuhan, tiba-tiba mereka hendak menegakkan hukum hudud. Sedangkan hudud ini dalam Islam kedudukannya diujung. Akibatnya orang takut dengan Islam. dia belum lagi suka dengan shalat, tiba-tiba dikenalkan dengan potong tangan. Sebab itu orang takut.
Karena itu kenalkan dulu Tuhan baru syariat. Kalau sudah cinta dengan tuhan, jangankan shalat, nyawa pun dia berikan. Inilah masalah umat Islam seluruh dunia. Banyak pejuang Islam di seluruh dunia, mengenalkan Islam dengan peperangan. Padahal Allah mengutus Rasulullah SAW untuk Islamkan orang, bukan untuk membunuh orang. Rasulullah SAW datang dengan kasih sayang, bukan membawa kebengisan.
Yang sebenarnya lebih baik pendekatan kita adalah untuk mengenalkan dan memberi kefahaman tentang takut dan cinta dengan Tuhan. Hari ini pendekatan para ulama, para pendakwah, pejuang-pejuang, pendekatannya Lebih banyak menceritakan syaraiat daripada menceritakan tuhan. Bila syariat banyak diceritakan, tentang Tuhan hanya sedikit saja, maka kalau ada orang yang dapat menegakkan syariat tapi syariat hanya menjadi ideologi. Akibatnya walaupun banyak shalat, naik haji berulang kali tapi perangai tidak berubah. Mengapa shalat tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa berjuang tidak melahirkan akhlak mulia? Pergi umrah, naik haji, belajar, baca quran, tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa tidak lahir? Sebab orang beribadah bukan karena mencintai Tuhan. Dia beribadah dan bersyariat tapi terputus dengan tuhan, sebab itu beribadah dengan terpaksa.
Setelah kejatuhan empire Islam 700 tahun, orang hanya mengenalkan syariat saja. Tuhan tidak dikenalkan lagi. Kalaupun hendak mengenalkan Tuhan, hanya mengenalkan saja, tidak sampai rasa cinta, tidak sampai rasa takut, ini penyebabnya. Bahkan orang yang tidak kenal Tuhan, ketika beribadah jemu, maka untuk apa bersyariat.
Sedangkan kalau kita buat kerja untuk orang yang kita kasihi, tidak kenal letih, rasa senang. Susah pun tidka mengapa. Tapi kalau bekerja untuk orang yang bukan kita kasihi, betapa tersiksa. Seperti kita buat kerja di kantor, kita tidak suka dengan boss, betapa siksanya, hendak datang ke kantor. Tapi kalau kita sayang dengan boss, kita buat kerja tak kenal letih. Begitulah kalau sudah kasih, menjalankan arahannya kita rasa senang, sedekah rasa senang, puasa, shalat rasa senang. Kalau kita tidak sayang, maka shalat pun tidak terasa indah, tidak rasa senang, sebab tidak kenal dengan Tuhan, tidak kenal dengan yang punya syariat, itu penyakitnya.
Kalau kita sayang dengan orang tua, maka kita tidak tunggu dia hendak beri makan/tidak, apakah dia akan memberi pakaian atau tidak, kita tetap rasa senang. Tetapi kalau kita tidak sayang dengan Tuhan, bila doa kita tidak dikabulkan, kita marah dengan Tuhan. Kita dapat melihat dalam keluarga, anak yang baik, walaupun orang tua tidak memberi, dia tak marah, tapi anak yang jahat, orang tua tidak memberi, dia marah.
Hamba yang baik, Tuhan tidak memberi, tidak apa-apa. Bagi dia, itu bukan satu masalah. Aku ingin berkhidmat dengan Tuhan. Kalau orang yang tak baik, ketika doanya tidak dikabulkan dia protes dengan Tuhan.
Yang sebenarnya kalau orang paham tentang Tuhan, maka yang lezat itu bukan ketika Dia memberi sesuatu, tapi berkhidmat dengan Allah itu yang lezat. Dapat kelezatan berkhidmat itu satu nikmat yang besar. Tapi itu tidak mudah, mesti betul-betul kenal dengan Tuhan. Kalau sekedar beriman saja, tidak akan mencapai taraf itu. Sekedar iman yang sah saja, baru sampai tahap asas. Dari kecil sampai besar iman sampai tahap asas saja, walaupun shalatnya banyak, wiridnya banyak, tapi iman tidak berkembang. Sebab itu akhirnya jemu dengan ibadah. Lebih-lebih lagi kalau Tuhan uji, hati pun berkata aku sudah shalat, sudah puasa, sudah wirid banyak, tapi Tuhan masih menguji.
Sebab itu para malaikat, walaupun ibadah tidak banyak, hanya satu saja tapi ibadahnya terasa lezat, mabuk, sebab dia kenal Tuhan. Walaupun ibadahnya hanya tasbih saja, tahmid saja tapi terasa lezat. Kalau sujud, sujud saja dia terasa lezat. Malaikat itu hanya satu saja ibadahnya, dia sudah terasa lezat dengan ibadahnya itu, tidak jemu.
Begitu juga dengan Nabi Adam, ketika dia berbuat kesalahan, dia rasa menyesal dan sujud selama 40 tahun, dia tak sadar sebab dia sudah terasa lezat dengan sujud itu.
Karena itu kalaulah kita dapat merasakan sebagaimana yang Tuhan firmankan, Tuhan bersama dengan hambaNYa, di mana saja berada. Maka di mana-mana kita merasakan Tuhan melihat, Tuhan mendengar, dimana saja. Tentu kita tidak akan terganggu dengan hal-hal lain.
Kalaulah kita ibaratkan ada harimau di depan kita, kita sadar di depan kita itu betul-betul harimau, dapatkah saat itu kita teringat makan, teringat istri, teringat ingin ke pasar dll. Tentu tidak dapat. Begitulah juga dengan Tuhan, kalau kita merasa Tuhan itu wujud, mendengar, melihat, maka apa saja tidak akan menganggu kita, seperti uang, pangkat, kekayaan, dll.
Sebab itu roh mesti kita hidupkan selalu dengan Tuhan. Rasa bertuhan itu sangat penting, bukan hanya sekedar percaya saja dengan Tuhan.
Kita mesti mengenal Tuhan melalui ilmu. Coba kita lihat sejarah Rasulullah SAW yang berjuang sebanyak 23 tahun, perjuangannya terbagi 2:
1. Memperjuangkan Tuhan selama 13 tahun.
2. Memperjuangkan syariat Tuhan selama 10 tahun.
Padahal Tuhan satu, sedangkan syariat Tuhan beribu banyaknya tapi masa yang diambil untuk memperjuangkan Tuhan lebih banyak. Sebab, apa arti berjuang bila tidak cinta Tuhan, apa arti shalat, bila tidak cinta Tuhan. Apa arti menolong orang tua bila tidak cinta Tuhan. Padahal sayang lebih besar dari menolong. Sayang lebih besar daripada patuh.
Sebab itu kalau sembayang, puasa, naik haji dll. akan ditolak kalau dibuat tanpa cinta Tuhan. Apa artinya bersyariat kalau tidak kenal tuhan dan kalau tidak ada hubungan dengn tuhan. Padahal syariat adalah yang menghubungkan dengan tuhan.
Disinilah kesalahan kebanyakan ulama, para mubaligh dan para pejuang, lebih banyak menceritakan tentang halal, haram. Masih banyak lagi masyarakat yang tidak shalat dan tidak faham tentang tuhan, tiba-tiba mereka hendak menegakkan hukum hudud. Sedangkan hudud ini dalam Islam kedudukannya diujung. Akibatnya orang takut dengan Islam. dia belum lagi suka dengan shalat, tiba-tiba dikenalkan dengan potong tangan. Sebab itu orang takut.
Karena itu kenalkan dulu Tuhan baru syariat. Kalau sudah cinta dengan tuhan, jangankan shalat, nyawa pun dia berikan. Inilah masalah umat Islam seluruh dunia. Banyak pejuang Islam di seluruh dunia, mengenalkan Islam dengan peperangan. Padahal Allah mengutus Rasulullah SAW untuk Islamkan orang, bukan untuk membunuh orang. Rasulullah SAW datang dengan kasih sayang, bukan membawa kebengisan.
Yang sebenarnya lebih baik pendekatan kita adalah untuk mengenalkan dan memberi kefahaman tentang takut dan cinta dengan Tuhan. Hari ini pendekatan para ulama, para pendakwah, pejuang-pejuang, pendekatannya Lebih banyak menceritakan syaraiat daripada menceritakan tuhan. Bila syariat banyak diceritakan, tentang Tuhan hanya sedikit saja, maka kalau ada orang yang dapat menegakkan syariat tapi syariat hanya menjadi ideologi. Akibatnya walaupun banyak shalat, naik haji berulang kali tapi perangai tidak berubah. Mengapa shalat tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa berjuang tidak melahirkan akhlak mulia? Pergi umrah, naik haji, belajar, baca quran, tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa tidak lahir? Sebab orang beribadah bukan karena mencintai Tuhan. Dia beribadah dan bersyariat tapi terputus dengan tuhan, sebab itu beribadah dengan terpaksa.
Setelah kejatuhan empire Islam 700 tahun, orang hanya mengenalkan syariat saja. Tuhan tidak dikenalkan lagi. Kalaupun hendak mengenalkan Tuhan, hanya mengenalkan saja, tidak sampai rasa cinta, tidak sampai rasa takut, ini penyebabnya. Bahkan orang yang tidak kenal Tuhan, ketika beribadah jemu, maka untuk apa bersyariat.
Sedangkan kalau kita buat kerja untuk orang yang kita kasihi, tidak kenal letih, rasa senang. Susah pun tidka mengapa. Tapi kalau bekerja untuk orang yang bukan kita kasihi, betapa tersiksa. Seperti kita buat kerja di kantor, kita tidak suka dengan boss, betapa siksanya, hendak datang ke kantor. Tapi kalau kita sayang dengan boss, kita buat kerja tak kenal letih. Begitulah kalau sudah kasih, menjalankan arahannya kita rasa senang, sedekah rasa senang, puasa, shalat rasa senang. Kalau kita tidak sayang, maka shalat pun tidak terasa indah, tidak rasa senang, sebab tidak kenal dengan Tuhan, tidak kenal dengan yang punya syariat, itu penyakitnya.
Kalau kita sayang dengan orang tua, maka kita tidak tunggu dia hendak beri makan/tidak, apakah dia akan memberi pakaian atau tidak, kita tetap rasa senang. Tetapi kalau kita tidak sayang dengan Tuhan, bila doa kita tidak dikabulkan, kita marah dengan Tuhan. Kita dapat melihat dalam keluarga, anak yang baik, walaupun orang tua tidak memberi, dia tak marah, tapi anak yang jahat, orang tua tidak memberi, dia marah.
Hamba yang baik, Tuhan tidak memberi, tidak apa-apa. Bagi dia, itu bukan satu masalah. Aku ingin berkhidmat dengan Tuhan. Kalau orang yang tak baik, ketika doanya tidak dikabulkan dia protes dengan Tuhan.
Yang sebenarnya kalau orang paham tentang Tuhan, maka yang lezat itu bukan ketika Dia memberi sesuatu, tapi berkhidmat dengan Allah itu yang lezat. Dapat kelezatan berkhidmat itu satu nikmat yang besar. Tapi itu tidak mudah, mesti betul-betul kenal dengan Tuhan. Kalau sekedar beriman saja, tidak akan mencapai taraf itu. Sekedar iman yang sah saja, baru sampai tahap asas. Dari kecil sampai besar iman sampai tahap asas saja, walaupun shalatnya banyak, wiridnya banyak, tapi iman tidak berkembang. Sebab itu akhirnya jemu dengan ibadah. Lebih-lebih lagi kalau Tuhan uji, hati pun berkata aku sudah shalat, sudah puasa, sudah wirid banyak, tapi Tuhan masih menguji.
Sebab itu para malaikat, walaupun ibadah tidak banyak, hanya satu saja tapi ibadahnya terasa lezat, mabuk, sebab dia kenal Tuhan. Walaupun ibadahnya hanya tasbih saja, tahmid saja tapi terasa lezat. Kalau sujud, sujud saja dia terasa lezat. Malaikat itu hanya satu saja ibadahnya, dia sudah terasa lezat dengan ibadahnya itu, tidak jemu.
Begitu juga dengan Nabi Adam, ketika dia berbuat kesalahan, dia rasa menyesal dan sujud selama 40 tahun, dia tak sadar sebab dia sudah terasa lezat dengan sujud itu.
Karena itu kalaulah kita dapat merasakan sebagaimana yang Tuhan firmankan, Tuhan bersama dengan hambaNYa, di mana saja berada. Maka di mana-mana kita merasakan Tuhan melihat, Tuhan mendengar, dimana saja. Tentu kita tidak akan terganggu dengan hal-hal lain.
Kalaulah kita ibaratkan ada harimau di depan kita, kita sadar di depan kita itu betul-betul harimau, dapatkah saat itu kita teringat makan, teringat istri, teringat ingin ke pasar dll. Tentu tidak dapat. Begitulah juga dengan Tuhan, kalau kita merasa Tuhan itu wujud, mendengar, melihat, maka apa saja tidak akan menganggu kita, seperti uang, pangkat, kekayaan, dll.
Sebab itu roh mesti kita hidupkan selalu dengan Tuhan. Rasa bertuhan itu sangat penting, bukan hanya sekedar percaya saja dengan Tuhan.
KE MANA MANUSIA MAHU DI BAWA

POLITIK NEGARA:
MENGENALI TUHAN
"Kita tahu virus-virus yang membawa pelbagai penyakit merbahaya yang boleh memudaratkan kesihatan kita. Namun kita lupa ada virus yang lebih bahaya jika ia sudah mula menjangkiti hati kita.Virus-virus hati iaitu sifat-sifat keji yang bersarang di hati, bukan sahaja merosakkan ibadah kita, bahkan juga mengganggu pergaulan sesama suami isteri, jiran tetangga, rakan taulan dan saudara mara. Jesteru itu, kita perlu mengenal penyakit-penyakit hati ini supaya segera mencari penawarnya .
KENAKALAN REMAJA DARIPADA PERSPEKTIF ISLAM
Oleh:Ghafani bin Awang Teh
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquence) adalah merujuk kepada perbuatan dan aktiviti remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang negara dan agama, seperti mencuri, merompak, merogol, berzina, membunuh, menagih dadah, menderhaka kepada kedua
ibu bapa dan seumpamanya. Perbuatan remaja dikatakan nakal kerana remaja dianggap belum matang, belum dewasa dan perbuatan jenayah yang mereka lakukan tidak dikenakan hukuman
berat.
Tiap-tiap hari pelbagai isu politik parti di paparkan di dada akhbar. Masuk keluar ahli parti, demam pilihanraya hinggalah ke meja parlimen semua diperkatakan. Tetapi pernahkah kita terfikir di manakah akhirnya semua ini? Apakah ada kaedah lain yang boleh kita pakai menggantikan sistem yang ada pada hari ini? Bukan untuk menafikan sistem yang ada tetapi tampaknya banyak perpecahan yang wujud, perpaduan sesama kita makin goyah, jatuh-menjatuhkan. Yang menang mendabik dada yang kalah lain pula ceritanya. Alangkah indahnya jika pemimpin negara kita dapat bersatu, duduk bersama berusaha membangunkan negara, memajukan rakyat, membela masyarakat. Tidakkah itu yang lebih utama. Jangan sampai menang sorak kg. kita suatu hari nanti habis tergadai. Sudahlah kita tiada masa lagi untuk bercakaran sesama sendiri. Cukuplah apa yang sudah berlaku di negara lain, kita ambil iktibar. Jadi fikir-fikirkalah.
HIDUP BERTUHAN

Mengajak manusia untuk mengenali Tuhan tidak sama dengan mengajak manusia untuk percaya pada Tuhan. Hari ini kalau kita tanya pada orang kafir sekalipun, apakah mereka tahu dan percaya adanya Tuhan, tentu mereka akan menjawab kami tahu dan percaya. Tapi seolah-olah Tuhan sudah tidak ada dalam kehidupan mereka. Mereka tidak merasakan peranan Tuhan di dalam kehidupan atau dengan kata lain tidak perduli kepada Tuhan. Pada perasaan mereka sama saja apakah Tuhan ada ataupun tidak ada.
Bila orang kenal Tuhan barulah jiwanya hidup semula. Tuhan itu Maha Berkuasa, Menghidupkan, Mematikan, Menghukum, Mendengar, Melihat, Maha Besar, Maha Agung, Penyelamat, Penjaga, Pelindung, yang memberikan nikmat, yang menurunkan rahmat, dan memberikan nikmah, yang mewujudkan apa saja di dunia ini maupun di akhirat.
Tidak ada satu butir debu pun yang wujud tanpa sepengetahuan Tuhan. Besarnya Kuasa Tuhan itu, bila Dia berkata jadi maka jadilah, Tuhan berkata wujud maka wujudlah, Tuhan berkata hidup maka hiduplah, Tuhan berkata mati maka matilah, Tuhan berkata sehat maka sehatlah, Tuhan berkata sakit maka sakitlah. Itulah Dia, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan menciptakan manusia. Tidak cinta dan takut kah manusia dengan Tuhannya? Padahal baru sedikit kita melihat sifat-sifat yang ada pada Tuhan. Jadi kalau manusia ini hatinya sudah merasakan kehebatan Tuhan, barulah datang cinta dan takut pada Tuhan. Bila dia akan berbuat hal yang terkecil sekalipun dia akan berpikir dan bertanya pada Tuhan, apakah Tuhan suka atau tidak. Inilah obat pertama kepada manusia. Inilah obat pertama kepada penyakit-penyakit yang dicetuskan oleh manusia di dunia ini. Kalau manusia sudah cinta dan takut Tuhan, manusia tidak berani lagi melakukan hal-hal negatif dan menyusahkan. Walaupun undang-undang, peraturan dan hukuman itu diperlukan, tapi itu adalah jalan terakhir.
Bagi manusia yang sudah terlalu jahat yang bila disebutkan Tuhan pun tak berkesan lagi. Maka terlalu keliru bila hendak membaiki manusia tersebut dengan menggunakan peraturan, undang-undang ataupun hukuman. Sedangkan yang membuat peraturan dan undang-undang itu pun manusia juga. Apakah yang menghukum itu tidak bersalah? Tidak jahat jugakah? Apakah dia tidak menimbulkan masalah?
Kadang-kadang orang yang ada kuasa ditangannya itu mereka membuat lebih banyak kesalahan daripada rakyat yang tidak memiliki kekuasaan. Apakah yang akan terjadi pada dunia bila yang berkuasa yang menimbulkan masalah. Siapa yang akan memikirkan masalah mereka? Tapi kalau merujuk pada Tuhan, Tuhan kita bersama, maka sesungguhnya rakyat itu Tuhan juga yang jadikan, orang besar pun Tuhan yang jadikan. Kalau rakyat tidak dapat melawan kuasa Tuhan, orang besar pun tidak dapat juga melawan. Akhirnya orang kecil ataupun orang besar, sama-sama takut dengan Tuhan. Inilah jalan keselamatan untuk manusia. Inilah jalan kedamaian untuk manusia. Inilah jalan keharmonian untuk manusia.
Bila orang kenal Tuhan barulah jiwanya hidup semula. Tuhan itu Maha Berkuasa, Menghidupkan, Mematikan, Menghukum, Mendengar, Melihat, Maha Besar, Maha Agung, Penyelamat, Penjaga, Pelindung, yang memberikan nikmat, yang menurunkan rahmat, dan memberikan nikmah, yang mewujudkan apa saja di dunia ini maupun di akhirat.
Tidak ada satu butir debu pun yang wujud tanpa sepengetahuan Tuhan. Besarnya Kuasa Tuhan itu, bila Dia berkata jadi maka jadilah, Tuhan berkata wujud maka wujudlah, Tuhan berkata hidup maka hiduplah, Tuhan berkata mati maka matilah, Tuhan berkata sehat maka sehatlah, Tuhan berkata sakit maka sakitlah. Itulah Dia, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan menciptakan manusia. Tidak cinta dan takut kah manusia dengan Tuhannya? Padahal baru sedikit kita melihat sifat-sifat yang ada pada Tuhan. Jadi kalau manusia ini hatinya sudah merasakan kehebatan Tuhan, barulah datang cinta dan takut pada Tuhan. Bila dia akan berbuat hal yang terkecil sekalipun dia akan berpikir dan bertanya pada Tuhan, apakah Tuhan suka atau tidak. Inilah obat pertama kepada manusia. Inilah obat pertama kepada penyakit-penyakit yang dicetuskan oleh manusia di dunia ini. Kalau manusia sudah cinta dan takut Tuhan, manusia tidak berani lagi melakukan hal-hal negatif dan menyusahkan. Walaupun undang-undang, peraturan dan hukuman itu diperlukan, tapi itu adalah jalan terakhir.
Bagi manusia yang sudah terlalu jahat yang bila disebutkan Tuhan pun tak berkesan lagi. Maka terlalu keliru bila hendak membaiki manusia tersebut dengan menggunakan peraturan, undang-undang ataupun hukuman. Sedangkan yang membuat peraturan dan undang-undang itu pun manusia juga. Apakah yang menghukum itu tidak bersalah? Tidak jahat jugakah? Apakah dia tidak menimbulkan masalah?
Kadang-kadang orang yang ada kuasa ditangannya itu mereka membuat lebih banyak kesalahan daripada rakyat yang tidak memiliki kekuasaan. Apakah yang akan terjadi pada dunia bila yang berkuasa yang menimbulkan masalah. Siapa yang akan memikirkan masalah mereka? Tapi kalau merujuk pada Tuhan, Tuhan kita bersama, maka sesungguhnya rakyat itu Tuhan juga yang jadikan, orang besar pun Tuhan yang jadikan. Kalau rakyat tidak dapat melawan kuasa Tuhan, orang besar pun tidak dapat juga melawan. Akhirnya orang kecil ataupun orang besar, sama-sama takut dengan Tuhan. Inilah jalan keselamatan untuk manusia. Inilah jalan kedamaian untuk manusia. Inilah jalan keharmonian untuk manusia.
Hanya dengan minda yang waras dan rasional sahaja yang dapat menerima perubahan. Perubahan yang dilakukan bermula daripada diri dan keluarga akhirnya di pangkuan masyarakat dan amnya kepada negara yag kita cintai ini.
"Kita tahu virus-virus yang membawa pelbagai penyakit merbahaya yang boleh memudaratkan kesihatan kita. Namun kita lupa ada virus yang lebih bahaya jika ia sudah mula menjangkiti hati kita.Virus-virus hati iaitu sifat-sifat keji yang bersarang di hati, bukan sahaja merosakkan ibadah kita, bahkan juga mengganggu pergaulan sesama suami isteri, jiran tetangga, rakan taulan dan saudara mara. Jesteru itu, kita perlu mengenal penyakit-penyakit hati ini supaya segera mencari penawarnya .
1. Ego Dan Sombong
Mungkin kita orang yang berpangkat atau mempunyai harta yang berlimpah ruah. Boleh jadi juga kita adalah seorang yang mahir dalam bidang tertentu, lalu kita merasakan diri tidak setaraf dengan mereka yang berpangkat rendah atau tidak mempunyai apa-apa kelebihan. Ada waktunya kita merasakan maruah diri tercabar bila terpaksa duduk semeja dengan mereka yang dianggap golongan bawahan.Nampaknya kita tidak sedar hati mula dijangkiti virus ego dan sombong. Ingatlah bahawa ego hanya membuatkan diri kita terasa asing dikalangan rakan dan taulan. Hanya Allah yang maha hebat ke atas makhluk ciptaanNya.
2. Pemarah
Naik angin adalah salah satu tanda anda dijangkiti penyakit pemarah. Pantang ada yang kurang menyenangkan hati atau terganggu perasaan, mulalah hati rasa terbakar. Penyakit ini kalau berada di tengah pergaulan, boleh menyinggungkan perasaan pihak tertentu.Rasa marah perlu di atasi dengan bersangka baik, berlapang dada menerima teguran, pemaaf dan sabar. Dengan demikian kita dapat mewujudkan suasana yang harmoni dalam pergaulan.
3. Hasad Dengki
Virus ini kalau bersarang di hati, kita tidak akan hidup senang jika melihat kejayaan orang lain. Kegembiraannya hanyalah bila orang itu ditimpa kesusahan.Hati selalu sahaja berkata,¢ kalaulah rezeki itu milik aku..¢ itu menunjukkan kita tidak redha bila Allah memberikan rezeki itu kepada orang lain, sebaliknya mengharapkandiberikan kepada kita. Sedangkan kita tidak berusaha untuk mendapatkannya.Apalah gunanya menyimpan hasad dengki. Allah menentukan takdir seseorang dengan pemberian yang berbeza-beza. Jika ada kelebihan pada sudut tertentu pada seseorang, maka sudah pasti ada juga kelemahannya yang tertentu di mana kita diberi kelebihan itu. Bersyukurlah dengan apa yang ada pada kita.
4. Dendam
Dendam adalah satu penyakit di mana rasa tidak puas hati terhadap seseorang hingga timbul niat mahu menyakiti atau membalas perbuatan yang dilakukan. Perasaan dendam boleh merosakkan pergaulan bukan sahaja dengan orang yang didendami bahkan orang-orang yang rapat dengannya.Penyakit dendam ini boleh dihapuskan sekiranya kita sentiasa bersabar dan redha atas apa yang berlaku. Memberikan maaf adalah penawar mujarab bagi penyakit ini.
5. Buruk Sangka
Sangkaan buruk kita kepada orang lain belum dapat dipastikan lagi kebenarannya. Mungkin apa yang kita sangka, menyimpang terlalu jauh dari keadaan sebenar. Kesan dari pnyakit ini boleh menimbulkan fitnah dan mengundang perasaan marah serta dendam orang lain kepada kita. Misalnya, kenalan yang kita sangka sombong dan tidak mesra seperti selalu, mungkin menghadapi masalah atau sibuk dengan kerjanya. Tetapi dengan bersangka buruk, kita mengambil tindakan dengan menjauhkan diri daripadanya. Buruk sangka ini boleh dihindari dengan membisikkan sangkaan-sangkaan baik dalam hati kita!
6. Bakhil/Kedekut
Di antara tanda penyakit ini menjangkiti hati ialah apabila terlalu berkira dengan orang lain. Jangankan hendak bersedekah atau memberi hadiah, hendak memberi hutang pun susah. Kita juga mungkin kedekut dari sudut ilmu. Pengetahuan yang ada susah hendak ditunjuk ajar kepada orang lain. Kononnya takut orang lain lebih berilmu dari kita. Kita tidak sedar, bahawa ilmu yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita adalah untuk dikongsi dengan orang lain.Begitu juga dengan apa saja nikmat pemberian Allah. Kedekut dengan nikmat bererti kita tidak amanah dengan Tuhan. Sedangkan dengan bersifat pemurah dan sentiasa memenuhi hajat orang lain, Allah akan menolong kita memenuhi hajat kita pula, disamping membuka pintu pergaulan dalam suasana yang harmoni dan berkat.Sudah jelas dalam pergaulan, tindak tanduk kita dikawal dan dipengaruhi oleh hati. Sekiranya mahu memperbaiki pergaulan, maka terlebih dahulu perlulah mencegah atau merawat hati kita dari segala virus yang keji ini. Peliharalah hubungan hati dengan Allah dan sesama manusia."
KENAKALAN REMAJA DARIPADA PERSPEKTIF ISLAM
Oleh:Ghafani bin Awang Teh
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquence) adalah merujuk kepada perbuatan dan aktiviti remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang negara dan agama, seperti mencuri, merompak, merogol, berzina, membunuh, menagih dadah, menderhaka kepada kedua
ibu bapa dan seumpamanya. Perbuatan remaja dikatakan nakal kerana remaja dianggap belum matang, belum dewasa dan perbuatan jenayah yang mereka lakukan tidak dikenakan hukuman
berat.
Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka ialah remaja itu ditempatkan di pusat-pusat pemulihan akhlak dan diberi pendidikan khas. Ahli-ahli sains sosial berbeza-beza pendapat tentang had umur remaja. Ada yang mengatakan alam remaja di antara 10 – 18 tahun atau 13 tahun – 12 tahun. Menurut Islam, kanak-kanak mula dapat membezakan perkara yang baik dan buruk setelah mencapai mumaiyiz iaitu berumur tujuh tahun. Pada ketika inilah ibu bapa atau penjaganya patut melatih anak mengerjakan ibadat yang wajib. Apabila anak mencapai umur baligh, mereka wajib melaksanakan semua suruhan agama dan menjauhkan segala larangannya. Lingkungan baligh ialah mencapai umur 15 tahun atau kanak-kanak lelaki sudah bermimpi bersetubuh dan anak-kanak perempuan pula telah keluar haid dalam tempuh umur antara 9 hingga 15 tahun.
TEORI TABIAT MANUSIA
Pakar psikologi kaunseling membuat pelbagai teori bagi menjelaskan pembentukan tabiat manusia. Corey (1986) menyatakan beberapa teori penting yang menjelaskan tentang tabiat itu ialah:
Pertama:
Teori Psikoanalisis yang diasaskan oleh Frued. Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat kerana dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, kuasa agresif dan tidak rasional yang wujud dalam diri manusia bagi tujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sedar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi punca dan penentu tabiat anak pada masa hadapan.
Kedua: Teori Analisis Transaksi:
Teori ini menerangkan tabiat manusia terbentuk hasil daripada skrip hidup yang ditentukan oleh ibu bapa. Semasa kecil anak akan merakamkan secara langsung apa saja percakapan dan perbuatan yang ditayangkan oleh ibu bapa kepada mereka. Konflik akan berlaku apabila anak itu cuba menilai semula skrip hidup yang lama atau menerbitkan skrip hidup yang baru hasil daripada perkembangan emosi fikirannya dan pengaruh persekitaran.
Ketiga: Teori Behaviorisma:
Menurut teori ini tabiat dan tingkah laku manusia terbentuk hasil daripada proses pembelajaran dan evolusi persekitaran. Tabiat manusia menjadi masalah apabila mereka menerima pembelajaran dan persekitaran yang salah, walaupun mereka sendiri yang mencipta sistem pembelajaran atau membentuk persekitaran.
Keempat: Teori Pemusatan Klien:
Teori ini membuat andaian bahawa tabiat manusia semula jadinya baik, rasional, bertanggungjawab dan berusaha mencapai kesempurnaan diri. Walau bagaimanapun manusia juga cenderung menjadi kecewa dan bermasalah apabila keperluan mencapai kesempurnaan diri dihalang seperti gagal mendapat kasih sayang, keselamatan dan seumpamanya.
No comments:
Post a Comment